Jumat, 26 Oktober 2012

Memilih Pemimpin Secara Islam



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. [QS. al-Maidah: 51]
Ayat ini menjelaskan bahwa tidak sepantasnya seorang Muslim memilih pemimpin dari kalangan non-Muslim. Siapa yang memilih mereka sebagai pemimpin, maka orang itu termasuk dari golongan mereka. Dan hal ini merupakan kezhaliman. Dan hal ini menyebabkan tercabutnya hidayah Allah darinya sehingga ia akan menjalani kehidupan sendirian tanpa petunjuk Allah. Na’udzu billahi min dzalik.
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). [QS. al-Maidah:55]
Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwasanya wali, penolong, pemimpin kita itu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta tunduk kepada Allah. Selama orang itu Muslim, beriman kepada Allah dan hari akhir, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan masih punya ketakutan kepada hukum-hukum Allah di sanubarinya, maka ia berhaq dipilih sebagai pemimpin.
وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang. [QS. al-Maidah: 56]
Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa kesuksesan itu adalah bagi mereka yang masuk ke dalam golongan pengikut agama Allah, yaitu mereka yang mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang sebagai wali, penolong, pemimpin.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. [al-Maidah: 57]
Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang benar imannya tidak akan mengambil non-Muslim sebagai pemimpin dan menyerahkan urusannya kepada mereka. Adapun orang-orang yang punya penyakit nifaq di dalam hatinya, akan segera mendekati non-Muslim.
فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ
Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani). [QS. al-Ma'idah: 52]
Maka hendaklah seorang Muslim itu memilih pemimpin dari kalangan mereka sendiri. Itulah sebab turunnya hidayah dan kesuksesan dari Allah. Adapun perbuatan yang sebaliknya akan menyebabkan tercabutnya hidayah dan turunnya kebinasaan, maka jadilah mereka sebagai orang-orang yang merugi. Na’udzu billahi min dzalik