Sudah
merupakan tradisi, setiap lebaran rumah-rumah pejabat selalu ramai
dikunjungi tamu. Demikian pula rumah Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga
Listrik, Sutami. Tapi tamu yang datang malah terkaget-kaget melihat
rumah bapak menteri yang satu ini.
Mereka melihat ke atap dan
banyak bekas bocor pada langit-langit rumah. Rupanya sudah lama rumah
Sutami bocor. Demikian ditulis Staf Ahli Menteri PU, Hendropranoto
Suselo dalam Edisi Khusus 20 tahun Majalah Prisma yang diterbitkan LP3ES
tahun 1991 di Jakarta.
Suatu hal yang aneh, menteri pekerjaan
umum sejak Kabinet Dwikora ini tidak merenovasi rumahnya sendiri.
Padahal Sutami sudah empat kali menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum.
Dia menjabat sejak tahun 1965 hingga 1978. Di bawah pengawasannya,
proyek raksasa seperti Gedung DPR, Jembatan Semanggi dan Waduk
Jatiluhur, dibangun. Sutami pula yang memimpin proyek pembangunan
Bandara Ngurah Rai.
Tapi berbeda dengan pejabat sekarang yang
hobi korupsi, tak pernah Sutami berpikir untuk korupsi. Jika mau,
mungkin dia sudah kaya tujuh turunan.
Semua orang yang bekerja
dengannya, selalu menangkap kesan pendiam dan sederhana. Menteri ini
sama sekali tidak pernah bermewah-mewahan. Bahkan rumahnya di Jl Imam
Bonjol, Jakarta Pusat dibeli dengan cara mencicil. Baru saat akan
pensiun, rumah itu lunas.
Sutami tak pernah mau memanfaatkan
fasilitas negara secara berlebihan. Saat lengser tahun 1978, dia
mengembalikan semua fasilitas negara. Kemudian seorang pengusaha berniat
memberinya mobil. Pengusaha itu tahu mobil dinas Sutami ikut
dikembalikan. Tapi dengan halus Sutami menolak. Dia hanya meminta diberi
sedikit diskon saja dari pengusaha itu.
Sutami tidak pernah
banyak berbicara. Tidak berbusa-busa bicara politik dan mengumbar janji
belaka seperti pejabat sekarang. Sebagai insinyur sipil lulusan Institut
Teknologi Bandung, dia sangat menyukai pekerjaan lapangan.
Maka Sutami dikenal sebagai 'menteri yang tak punya udel'. Apa
maksudnya? Ternyata julukan ini diberikan para wartawan yang selalu
diajak meninjau ke daerah-daerah terpencil. Sutami kuat jalan kaki
puluhan kilometer selama berjam-jam. Kalau ada ojek, dia naik ojek.
Kalau tidak ada, maka dia akan jalan kaki untuk langsung bertemu
masyarakat kecil.
Dia ingin melihat sendiri manfaat dari
pembangunan. Atau permasalahan yang ada di daerah guna dicari
penyelesaiannya. Sutami lebih suka terjun langsung daripada menerima
laporan ABS alias Asal Bapak Senang.
Saat era Orde Lama,
Soekarno sering mengundang Sutami sarapan di istana. Keduanya sarapan
ketela yang mengepul. Di masa Orde Baru, Presiden Soeharto sangat
memperhatikannya. Soeharto kerap menjenguk Sutami saat sakit. Soeharto
pula yang meminta Sutami mau berobat ke luar negeri.
Hal ini
menunjukkan Sutami bekerja bukan untuk golongan tertentu. Bukan untuk
satu presiden atau satu rezim saja. Sutami bekerja untuk bangsa dan
rakyat Indonesia.
Sutami menginggal dunia 13 November 1980 pada
umur 52 tahun. Dia menderita sakit lever, diduga karena terlalu sibuk
bekerja tanpa memikirkan kesehatannya sendiri.
Tanggal 16
Desember 1981, Presiden Soeharto meresmikan bendungan Karangkates.
Soeharto membacakan pidato penghormatannya untuk Sutami. Dia pun memberi
nama bendungan Karangkates sebagai nama bendungan Sutami.
Berikut kutipan pidato Soeharto:
"Jika berbicara mengenai proyek-proyek besar di zaman pembangunan ini,
maka kita tidak dapat melupakan salah seorang tokoh yang saat ini sudah
tidak bersama kita lagi. Yang saya maksudkan adalah Almarhum Sutami.
Kita semua tahu, beliau itu, kita semua merasakan rintisan pembangunan
proyek-proyek besar yang diilhami pikiran karya-karya Sutami. Beliau
telah mematrikan namanya sebagai pejuang pembangunan yang besar.
Bagi kita yang masih tinggal, tentunya ingin mengabadikan nama beliau
itu. Salah satu proyek beliau pimpin pembangunannya adalah bendungan dan
PLTA Karangkates. Beliau yang sejak semula selalu aktif memimpinnya ke
lapangan dan aktif memimpinnya, bahkan langsung terjun ke lapangan dan
mengamati kemajuan pelaksanaan pembangunan bendungan yang besar itu.
Sebab itu, untuk menjadikan nama beliau, untuk menyatakan rasa terima
kasih Bangsa Indonesia kepada salah satu putranya yang berjasa, maka
pada kesempatan ini saya umumkan dan saya resmikan nama bagi bendungan
dan PLTA Karangkates dengan nama bendungan dan PLTA Prof. Dr. Ir
Sutami."
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=404287369624659&set=a.227150314005033.63713.214985411888190&type=1&relevant_count=1