Minggu, 07 Oktober 2012

fungsi pers


Fungsi Pers

Menurut UU RI No. 40 Tahun 1999, Pers merupakan lembaga social, dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar serta data dan grafik, maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia (Pasal 1 ayat 1).
Menurut UU No 40 Tahun 1999 pasal 3 ayat 1, Fungsi Pers yaitu:
1. Sebagai media informasi
2. Sebagai media pendidikan
3. Sebagai media hiburan
4. Sebagai media kontrol social
5. Sebagai lembaga sosial ekonomi
Berikut adalah contoh artikel yang berkaitan dengan fungsi pers;
1. Sebagai media informasi: Gemar Membaca di Jabar Semakin Meningkat
2. Seabagai media pendidikan: Siklus Tsunami Diperkirakan Empat Tahun Sekali
3. Sebagai media hiburan: Penipu Vs Pembunuh Bayaran dalam “Wild Target”
4. Sebagai media kontrol social: Surat Mahasiswa
5. Sebagai lembaga sosial ekonomi: Cakue C4 dengan Saus Blackpepper

1. Media Informasi

Gemar Membaca di Jabar Selalu Meningkat

Kamis, 01/07/2010 - 16:08
BANDUNG,(PRLM).-Terjadi peningkatan sekitar sepuluh persen terhadap gemar membaca masyarakat di Jawa Barat. Persentase gemar membaca tahun ini mencapai 60 persen sedangkan tahun lalu hanya 50 persen. Peningkatan tersebut salah satunya, tidak terlepas dari peran serta satuan kerja perangkat daerah yang bisa mengajukan permintaan buku langsung kepada para penerbit.



Hal tersebut dikatakan Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jabar yang diwakili Supervisor Grafindo, Dias Syaefulloh, saat ditemui di sela-sela acara Pameran “SCOPE” Indonesia 2010 mengenai pendidikan dan karir, di Sabuga Convention Hall, Kamis (1/7). Menurut dia, Perangkat daerah seperti kepala desa, serta kecamatan yang mewakili masyarakatnya bisa berkoordinasi dengan penerbit melalui Ikapi Jabar.
“Koordinasi tersebut dilakukan untuk mengetahui berapa banyak permintaan buku yang diminta masyarakat. Selain itu, Ikapi sendiri mempunyai program khusus untuk memberikan buku kepada masyarakat yang kurang mampu. Pemberian buku tersebut bisa berupa buku sekolah maupun nonsekolah. Buku sekolah seperti buku pelajaran TK, SD, SMP serta SMA. Sedangkan nonsekolah bisa seperti komik,” kata Dias.
Sementara itu, menurut Staff Trainer Genius Mind Consultancy (GMC) Bandung, Anzar Sumingkar,mengembangkan keilmuan melalui pendidikan nonsekolah tidak sekedar didapatkan dari buku tapi juga bisa melalui kursus serta pelatihan. Dengan adanya pendidikan nonsekolah ternyata mampu meningkatkan prestasi akademik di sekolahnya.
“Pendidikan nonsekolah kepada anak-anak bukan hanya belajar, tapi bisa dengan bermain. Karena, dengan bermain ternyata bisa membuka otak tengah. Namun, aktifasi otak tengah juga harus didukung dengan menggunakan musik,” ujar Anzar
Anzar mengungkapkan, otak tengah adalah jembatan yang menghubungkan dan menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan. Mengaktifkannya akan memungkinkan baik otak kiri maupun kanan berfungsi secara optimal. Pengaktifan otak tengah mengembalikan kekuatan otak pada keadaan semulanya.
Mengembangkan keilmuan melalui alternatif nonsekolah melalui metode pelatihan atau kursus dengan menggunakan musik yang sudah dikembangkan GMC ternyata mampu meningkatkan konsentrasi, serta memori mereka dalam belajar. (CA-05/kur)***

http://www.pikiran-rakyat.com/
Artikel di atas termasuk media informasi karena isinya menyampaikan informasi tentang peningkatan gemar membaca di Jawa Barat.

2. Media Pendidikan
Siklus Tsunami Diperkirakan Empat Tahun Sekali
Minggu, 02/10/2011 - 20:06
SUKABUMI, (PRLM).- Siklus terjadinya bencana tsunami di Indonesia, diperkirakan terjadi dalam empat tahun sekali. Hal itu, selain berdasarkan penelitian para pakar tsunami, juga dengan melihat pengalaman kejadian tsunami sebelumnya di Indonesia.
Demikian dikatakan pakar Tsunami, Dr. Subandono yang juga menjabat Direktur Pesisir dan Lautan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam sosialisasi Mitigasi Bencana dan Milad ke-66 Kabupaten Sukabumi di Alun-alun Palabuhanratu, Sabtu (1/10) malam.
Menurut dia, siklus bencana tsunami empat tahunan di Indonesia itu, mengacu pada data kejadian tsunami sebelumnya. Dari tahun 1600 hingga 2011, sudah terjadi 110 kali kejadian tsunami dalam skala cukup besar. Setelah diteliti selama 400 tahun terjadi 110 kali tsunami itu, bisa disimpulkan siklus terjadinya tsunami rata-rata terjadi selama empat tahun sekali.
Hal itu diperkuat pula dengan kejadian tsunami di Indonesia, dari mulai Aceh, Padang, Yogyakarta, Pangandaran dan terakhir tahun 2010 kemarin di Kepulauan Mentawai.
“Jadi kalau dikaji lebih jauh, siklus terjadinya tsunami itu rata-rata empat tahun sekali. Akan tetapi, dengan penelitian ini bukan berarti menakut-nakuti, melainkan justru harus menjadi bahan bagi kita semua untuk senantiasa menjaga kewaspadaan,” kata Subandono.
Ia menyebutkan, dari 110 kali kejadian tsunami tersebut, di antaranya terjadi di Aceh, pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, pantai selatan Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Utara dan Papua.
Sedangkan beberapa daerah rawan tsunami di Indonesia, di antaranya di pantai barat Sumatra sudah terjadi 20 kali tsunami, pantai selatan Jawa 11 kali, Laut Banda 30 kali, Selat Maluku 32 kali, Selat Makasar 9 kali dan Papua sebanyak 3 kali
.
“Bagaimana dengan Pantai Selatan Sukabumi? karena termasuk pantai selatan Jawa, sehingga pantai selatan Sukabumi pun termasuk ke dalam daerah rawan gempa dan tsunami. Oleh karena itu, kami mengimbau kepada seluruh masyarakat yang tinggal di pesisir, termasuk Palabuhanratu, perlu waspada mengantisipasi dan menanggulangi bencana tersebut,” ujarnya.
Kerawanan bencana gempa dan tsunami tersebut, lanjut Subandono, sehubungan di daerah itu terdapat dua lempeng rawan gempa yakni lempeng Eurasia dan Indo-Australia.
Sementara terjadinya gempa bumi tektonik di laut hingga menimbulkan tsunami, dampak pergerakan lempeng serta kerak bumi. “Nah, terjadinya tsunami di Indonesia itu, pengaruh pertemuan kedua lempeng tersebut. Lokasi pertemuan kedua lempeng itu, sekitar 200 km arah ke selatan. Dengan pertemuan kedua lempeng ini lah, Indonesia menjadi daerah rawan gempa dan tsunami,” tutur Subandono.
Dikatakannya, mengingat pantai selatan Kab. Sukabumi termasuk daerah rawan gempa dan tsunami, sehingga masyarakat perlu melakukan berbagai upaya mitigasi (memperkecil risiko) bencana. Seperti halnya, menyelamatkan diri ke sejumlah tempat evakuasi yang sudah ditentukan. Misalnya, ke daerah perbukitan atau gedung bertingkat yang banyak rongganya.
“Seperti masjid yang banyak rongganya, bisa dipakai tempat evakuasi. Upaya lainnya, dengan menjaga lingkungan hidup. Misalnya menjaga kelestarian hutan pantai karena bisa meredam gelombang tsunami. Oleh karena itu, penanggulangan bencana gempa dan tsunami ini tidak bisa perorangan, melainkan harus melibatkan seluruh masyarakat,” katanya.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kab. Sukabumi, Ir. Dedah Herlina, M.Si., mengatakan, sosialisasi mitigasi bencana itu, bukan berarti menakut-nakuti masyarakat, melainkan menumbuhkan kesadaran kepada seluruh masyarakat agar senantiasa meningkatkan kewaspadaannya.
“Hal itu dengan melakukan upaya antisipasi, seperti mengetahui tempat evakuasi apabila terjadi bencana. Setelah sosialisasi mitigasi bencana ini, kita bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya, akan menindaklanjuti dengan membentuk satgas penanggulangan bencana di lingkungan masyarakat,” kata Dedah. (A-67/A-88)***
http://www.pikiran-rakyat.com/
Artikel diatas termasuk fungsi pendidikan, karena artikel di atas menginformasikan mengenai fenomena alam, khususnya yang terjadi di Indonesia. Fenemona alam tersebut berkaitan dengan pelajaran Geografi. Untuk itu, artikel diatas, membantu kita untuk mengetahui dan memahami terjadinya tsunami, gempa tektonik.


3. Media Hiburan
Penipu Vs Pembunuh Bayaran dalam "Wild Target"
Kamis, 28/07/2011 - 06:35

AE/"PRLM"
ADEGAN di film action-comedy "Wild Target". *
"WILD Target" merupakan film action-comedy, produksi tahun 2010. Karya Sutradara Jonathan Lynn ini dibuat berdasarkan film Perancis berjudul "Cible Emouvante" (1993). Ditulis oleh Lucinda Coxon, dengan Produser Martin Pope dan Michael Rose.
Seorang pembunuh bayaran Victor Maynard (Bill Nighy) ditugaskan pimpinan gangster bernama Ferguson (Rupert Everett), untuk membunuh Rose (Emily Blunt). Rose menipu Ferguson dengan menjual lukisan Rembrant Palsu.
Tapi, setelah mengetahui sosok Rose, Victor memiliki ketertarikan dan berbalik melindunginya. Dalam perjalanannya, karena kesalahpahaman, mereka tanpa sengaja berkenalan dengan Tony (Rupert Grint). Mereka bertiga berusaha melarikan dari kejaran pembunuh bayaran lainnya yang ditugaskan Ferguson.
Apa yang terjadi berikutnya?
Film ini menawarkan kelucuan, dengan kesan "culun" dan konyol. Tapi mengundang senyum. Film yang lumayan menghibur. (AE-03)***
http://www.pikiran-rakyat.com/
Artikel ini diatas termasuk dalam fungsi pers sebagai media hiburan, karena artikel ini berisi informasi mengenai sebuah film, dan dalam artikel tersebut disebutkan bahwa film ini bemenawarkan kelucuan, dengan kesan “culun” dan konyol yang bersifat menghibur.



4. Media Kontrol Sosial
Surat untuk Mahasiswa
Ciamis, 30 Oktober 2011

Tidak bisa dipungkiri lagi apabila di tahun ke dua pemerintahan SBY Jilid II sudah banyak pihak yang merasa muak atas kepemimpinannya. Dari mulai rakyat kecil sampai tokoh lintas agama pun sudah menunjukan reaksinya. Memang sebagai seorang kepala negara, SBY terlihat begitu elegan. Dengan segala macam pencitraannya SBY terlihat begitu karismatik. Tak jarang remaja-remaja perempuan pun ikut mengidolakannya. Tapi sebagai seorang kepala pemerintahan SBY terlalu plin-plan. Isu resuffle yang kemarin baru berakhir setelah digulirkan beberapa bulan pada awalnya menjadi harapan banyak pihak akan perubahan dari pemerintahan SBY yang telah menginjak tahun ke tujuh. Tapi sangat disayangkan isu tersebut tidak lebih dari sekadar politik dagang sapi.

Di sisi lain ada suatu kekhawatiran ketika mahasiswa tidak lagi menjalankan fungsinya sebagai kontrol sosial. Tentunya kita masih ingat bagaimana para aktivis yang disebut dengan angkatan ’66 dan angkatan ’98 memiliki peran yang begitu penting dalam meruntuhkan pemerinyahan rezim yang disebut sebagai orde lama dan orde baru. Memang pada saat itu mahasiswa masih sangat peduli dengan mengawal jalannya pemerintahan dan mengambil tindakan ketika pemerintah dirasa tak lagi berpihak pada rakyat. Berbeda dengan mahasiswa sekarang yang lebih senang dengan dunia hiburan dan gaya hidup hedonisme. Memang tidak salah untuk mendapatkan suatu hiburan di tengah rutinitasnya sebagai seorang pelajar. Tapi sangat disayangkan ketika hal itu malah menghilangkan fungsinya sebagai kontrol sosial.

Majalah-majalah yang diterbitkan pers mahasiswa pun sudah jarang sekali membahas isu-isu nasional khususnya mengenai pemerintahan yang sedang berjalan. Setidaknya itulah yang saya rasakan di kampus saya selama menjadi mahasiswa. Kerap majalah-majalah di kampus malah penuh dengan banyolan-banyolan ala majalah remaja. Tidak salah memang memuat hiburan dalam sebuah majalah kampus. Tetapi apabila terlalu berlebihan apa bedanya dengan majalah remaja. Sebuah media terbitan mahasiswa tentunya harus pula manunjukkan fungsinya sebagai mahasiswa. Bahkan jangankan memikirkan negaranya, ada suatu kenyataan yang sangat memilukan. Sangat kontras memang, ketika dulu Bung Hatta memilih untuk tidak menikah sebelum Indonesia merdeka. Sekarang seorang mahasiswa malah memilih untuk tidak melanjutkan kuliah ketika pacarnya menikah dengan orang lain.

Apabila hal seperti ini terus dibiarkan ada suatu kekhawatiran yang timbul. Tentunya masih segar dalam ingatan kita bagaimana runtuhnya rezim Qaddafi di Libya. Mengikuti runtuhnya beberapa rezim lainnya di Timur Tengah. Rezim-rezim tersebut runtuh di tangan rakyat yang sudah merasa muak dengan pemerintahnya. Bukan diruntuhkan oleh para mahasiswanya. Ketika mahasiswa tak lagi bergerak maka rakyat lah yang akan bergerak. Apabila rakyat yang terpaksa harus bergerak maka gayanya pun tak akan seelegan mahasiswa yang juga disebut sebagai kalangan intelektual. Rakyat akan cenderung bergerak dengan anarkis. Terjadinya pemberontakan di Libya merupakan salah satu contoh nyata.

Harus kita akui bahwa pergerakan mahasiswa tak lagi “segarang” dulu. Beberapa kali aksi mahasiswa yang diperkirakan akan besar ternyata melempem. Rasanya apabila hal ini di biarkan bukan tidak mungkin dalam satu atau dua tahun ke depan, sebelum masa kepemimpin SBY berakhir, rakyat akan bergerak dengan caranya sendiri. Bukan tidak mungkin apa yang baru saja terjadi di Timur Tengah akan juga merembet ke negara kita. Harusnya pemerintah belajar dari hal itu. Kalaupun pemerintah tidak mengambil tindakan harusnya mahasiswa menjalankan fungsinya.

Ini hanyalah sebuah ungkapan kegelisahan dari seorang mantan mahasiswa abal-abal yang memang pernah kuliah di kampus yang tidak begitu terdengar gaung pergerakannya. Sebuah kampus yang maahasiswanya hanya sibuk dengan masalah internal dan sibuk menghilangkan sebuah paham yang disebut sebagai apatisme yang tak kunjung usai. Dengan tidak bermaksud “sotoy”, mari kira renungkan lagi mana yang lebih baik. Ketika mahasiswa bergerak dengan gayanya sebagai intelektual muda atau membiarkan rakyat yang sudah muak bergerak dengan gayanya yang cenderung anarkis?
http://fiscuswannabe.blogspot.com/

Artikel di atas termasuk fungsi pers sebagai medaia kontrol sosial, karena berisi mengenai opini dan fakta mengenai kehidupan mahasiswa, dan berisi keluhan mahasiswa.

5. Sebagai Lembaga Ekonomi
Cakue C4 dengan Saus Blackpepper
Rabu, 2 November 2011 | 17:31 WIB


ANDRA OKTAVIANI
Cakue Bersaus Blackpepper –
SIAPAPUN pasti tahu cakue, panganan tradisional Cina ini banyak dijual oleh pedagang kaki lima. Cakue biasanya hanya disajikan dengan saus dengan cita rasa asam manis. Hau's Tea salah satu kedai yang menyediakan menu utama cakue, di sejumlah mal di Bandung, menawarkan menu cakue yang berbeda. Menu ini diberi nama cakue C4.

C4 di sini merupakan singkatan dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuat menu ini yaitu cakue, chicken crispy, cheese, dan cream cheese.

Menu ini disajikan dengan daun selada dan dilumuri saus blackpepper, saus sambal, dan saus tomat. Menu baru dari Hau's Tea ini dapat dinikmati di semua outlet Hau's Tea dengan harga promosi, Rp 11.000 per porsinya yang berisi dua buah cakue dengan isian meriah tadi. (cc)
http://jabar.tribunnews.com/
Artikel ini termasuk fungsi pers sebagai media ekonomi karena penulis menawarkan menu baru yang terdapat di tokonya

http://diaryvazha.blogspot.com/2011/11/fungsi-pers-dan-contoh-artikel.html



Fungsi PERS DI INDONESIA

Secara umum, fungsi pers meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Fungsi menyiarkan informasi (to inform) : menyiarkan informasi merupakan fungsi pers yang paling utama. Khalayak ramai mau berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi tentang sebuah persitiwa yang terjadi dan sebagainya.
b. Fungsi mendidik (to educate) : sebagai saranan pendidikan massa, surat kabar dan sebagainya memuat tulisan-tulisan yang mengandung ilmu pengetahuan sehingga para pembaca bertambah pengetahuannya.
c. Fungsi menghibur ( to entertain ) : hal-hal yang bersifat hiburan sering ditampilkan di media massa untuk mengimbangi berita-berita tentang hal-hal berat.
d. Fungsi mempengaruhi (to influence) : dengan fungsi ini pers menjadi begitu penting dalam sebuah kehidupan masyarakat bahkan bangsa sekalipun. Biasanya artikel-artikel yang terkait dengan fungsi ini ada pada kolom tajuk rencana, opini dan berita-berita.
e. Fungsi menghubungkan dan menjembatan (to mediate) : pers mempunyai fungsi sebagai penghubung atau jembatan antara masyarakat dan pemerintah atau sebaliknya. Komunikasi yang tidak dapat tersalurkan melalui jalur resmi atau kelembagaan dapat dialihkan via pers.

Sumber: http://id.shvoong.com/society-and-news/news-items/2004729-fungsi-pers-di-indonesia/#ixzz28X2jNyaf




Artikel Terkait: