Selasa, 27 November 2012

PERTANIAN ORGANIK LEBIH HEMAT ENERGI



Ditengah vitalisasi semangat gerakan pertanian internasional  beberapa decade belakangan ini, pertanian organic global terus bertumbuh tetapi belum  menjadi aliran utama budaya pertanian dunia. Penekanan  orientasi pada kepastian  kenaikan produksi kelihatannya menjadi salah satu pengikat  sehingga kebanyakan  petani di Negara berkembang  maupun  Negara maju masih berkutat  dengan pertanian konvensional yang lebih  dikuasai dan praktis.

Seolah ada keraguan untuk beralih kepertanian organic, padahal model pertanian ini menawarkan berbagai manfaat dan penghematan dibandingkan pertanian non organic. Melihat perkembangan  di Negara Negara berkembang, Direktur Eksekutif Federasi Internasional Gerakan Pertanian  Organik ( IFOAM), Markus Arbenz mengharapkan petani kecil Negara Negara berkembang ikut dalam gerakan pertanian organic.
“Dalam tahun tahun belakangan ini kita telah menyadari bahwa pengalihan ke pertanian organic bisa mendukung ketahanan pangan, penyesuaian terhadap  perubahan iklim, serta konservasi keragaman hayati “, katanya.

Dalam satu risalah hasil studi tentang pertanian organic dan perubahan iklim, Lembaga Riset Pertanian Organik ( FIBL)  menyatakan  ada beberapa tujuan yang diemban pertanain organic diantaranya mencegah kerusakan lingkungan, memelihara keragaman hayati, mengelola lengkap yang menarik, memelihara ternak dalam kondisi sejahtera, dan menghasilkan  pangan yang baik.
FIBL juga memandang pertanian organic sebagai salah satu kunci bagi pemecahan amasalah perubahan iklim. Diantara  alasan  utamanya ialah bahwa pertanian organic  lebih hemat dalam  penggunaan energy. Alasan pokok  lain ialah  bahwa pertanian  organic memendam  lebih banyak  karbon  dalam tanah mengurangi emisi gas rumah  kaca metan, dan bias beradaptasi dengan lebih baik terhadap cuaca yang ekstrim.
Dijelaskan, penggunaan lebih sedikit, hemat dan efisien energy dalam pertanian organic, dimungkinkan karena system  organic dimungkinkan  karena system organic mengandalkan  terutama  asupan  sumberdaya lingkungan lahan pertanian itu sendiri dan berupaya sedapat mungkin  menghindari asupan dari luar. Oleh sebab  itu secara signifikan  kebutuhan energy primer pertanian organic lebih rendah. Sehingga  penggunaan energy per unit lahan pada produksi tanaman dan ternak organic secara  signifikan lebih rendah disbanding pertanian bukan organic.

Uji coba lapang menunjukkan bahwa per unit hasil, energy yang digunakan  sistenm pertanian organic 20 % lebih rendah disbanding yang non organic.
Berbagai pola dan model penyelenggaraan menyebabkan  konsumsi  energy lebih tinggi pada pertanian non organic. Konsumsi energy primer bahan bakar minyak ( fossil) terus meningkat. Penggunaan energy secara tidak langsung dalam kegiatan pertanian bukan organic ikut mengambil  peran penting dalam  konsumsi  energy, yakni lewat aplikasi pupuk ( utamanya pupuk nitrogen) dan pakan hasil industry.
Industri butuh energy besar untuk proses pengolahan molekul nitrogen ( N2) yang ditangkap dari udara menjadi bentuk  pupuk nitrogen  bagi tanaman. Selain konsumsi energy yang besar, dampak negative pupuk nitrogen  dan proses pembuatannya terhadap lingkungan  juga cukup besar. Pupuk nitrogen  bias mencemari air tanah. Belum lagi oksida nitrit ( N2O)   yang merupakan gas  rumah kaca kuat yang dipancarkan  ke udara dari tanah yang dipupuk serta dari pabrik ketika pengolahan  sedang berlangsung.
 Pada pertanian  organic pupuk industry  ridak digunakan. Pasok nitrogen diupayakan  dari bahan organic yang diaur  ulang dan berasal dari rabuk pertanian ataupun  kompos. Pada pertanian organic limbah pertanian untuk mengurangi emisi gas metan dan oksida  nitrit. Perputaran  nitrogen  dalam system pertanian organic umumnya lebih kecil disbanding pada system  non organic sehingga kehilangan atau emisinya juga lebih sedikit
Mekanisasi pertanian dengan menggunakan mesin-mesin pertanian membutuhkan banyak energy. Pada pertanian organic pengurangan tehnik pengolahan atau pengerjaan tanah dan peningkatan  penggunaan nitrogen terikat pada rabuk hijauan bbisa emngurangi secara signifikan penggunaan energy, emisi gas-gas rumah kaca termasuk CO2 disamping juga meningkatkan hasil.
Kenyataan  bisa terjadi hasil per unit lahan pada pertanian organic lebih rendah sehinggamengurangi efisiensi energy spesifek produk, misalnya dalam hal kalori atau nilai tambah. Namun dalam banyak  kasus produksi organic dinilai tetap lebih efisien.

Oleh. Olson PS
Diambil dari : Tabloid Sinar Tani, edisi  31 Maret – 6 April 2010, No. 3348 Tahun XL, Halaman 20, pada materi IPTEK.





Artikel Terkait: