Heboh soal kabar ‘kuburan mendadak muncul di dalam rumah’ yang terjadi Selasa (12/2/2013) sekitar pukul 10.00 WIB tersebut, kontan saja menyebar dari mulut ke mulut, bahkan sejumlah warga dari Kecamatan Kelapa, juga ramai-ramai mendatangi rumah Miskan, karena penasaran dan sekadar ingin memastikan benar dan tidaknya kabar tersebut.
Di sepanjang jalan dari persimpangan jalan Desa Simpang Yul menuju ke Dusun Kamat, Selasa (12/2/2013) petang hingga malam, ramai lalu lalang kendaraan roda dua dan empat, yang pengendara dan penumpangnya, hendak ke rumah Miskan atau sesudah menyaksikan kabar kuburan timbul di dalam rumah tersebut.
Saat bedug Maghrib tiba dan suara azan berkumandang, suasana di rumah Miskan terlihat dipadati warga setempat maupun yang datang dari berbagai desa lainnya, mereka memadati halaman dan teras rumah Miskan.
Bahkan di ruang tengah rumah Miskan juga dipadati warga yang penasaran dengan isu kuburan timbul di dalam rumah itu.
Ternyata puluhan orang yang ada di dalam rumah Miskan ini, posisinya mengelilingi empat belas lembar keramik (satu baris tujuh keramik), yang membentuk persegi panjang, dengan posisi di tengahnya terangkat sekitar satu sampai dua centimeter.
Deretan empat belas keramik, yang masing-masing satu barisnya terdiri dari tujuh keramik ini, posisinya memang persegi panjang selebar kubur (makam), posisinya juga membujur ke utara dan selatan.
Disamping kanan kiri dan utara selatan dari keramik yang terangkat, kemudian dipasang (dibatasi) dengan bata merah, di tengah-tengahnya terletak selembar kertas bertuliskan ‘dilarang disentuh’.
Dengan posisi tersebut, maka disana langsung geger karena munculnya persepsi ‘kubur timbul di dalam rumah’. Persepsi ini menyebar ke berbagai desa lainnya.
Miranti anak Miskan menuturkan, awal mula terangkatnya lantai keramik itu terjadi secara mendadak, sekitar pukul 10.00 WIB kemarin.
Waktu itu Miranti dan Wulan (tetangga Miranti) sedang menonton televisi di ruang tengah rumah Miskan.
Asyik menonton televisi, Miranti dan Wulan dikejutkan dengan suara keras mirip suara pohon atau dahan patah diterpa angin.
“Suaranya keras, seperti batang serpak (pohon patah), keramik itu terangkat. Kami berdua ketakutan dan langsung berlari keluar rumah, kami sangka ada gempa,” tutur Miranti ditemui Bangka Pos (Tribun Network), Selasa (12/2/2013) usai waktu salat Maghrib, di kediamannya di Dusun Kamat Desa Simang Yul Kecamatan Tempilang.
[Sumber: Tribunnews.com ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
JANGAN LUPA BERKOMENTAR DAN UNGKAPKAN PENDAPAT ANDA TENTANG ARTIKEL INI.
NO SARA
NO PORNOGRAFI
NO SPAM
NO LINK ON
NO LINK OFF
JANGAN LUPA UNTUK SELALU MEMBAGIKAN ARTIKEL INI KE JEJARING SOSIAL YANG ANDA SUKA YA :)