Algoritma dalam ilmu matematika adalah sebuah logika yang digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Menganut dari teori ini maka sejujurnya semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Dari sekian banyak algoritma model yang akan dipilih oleh pembuat adalah yang paling mudah dan efisien untuk menggapai tujuan.
Kondisi bangsa indonesia sekarang minim sekali para pengambil kebijakan (algoritma maker) yang mengerti bagaimana memecahkan masalah dengan algortima. Atau jangan-jangan mereka membuat algoritma agar bangsa ini benar-benar miskin. Jika benar-benar menggukanakan algoritma yang benar maka bangsa Indonesia mungkin tidak membutuhkan waktu satu tahun untuk menyelesaikan seluruh permasalahan bangsa, sekompleks apapun. Karena dalam algoritma ada panduan yang tidak mungkin salah. Karena hanya membutuhkan 2 hal, mencari solusi lain atau mengulang-ulang sampai satu kondisi tersebut bernilai baik lalu dilepaskan.
Algoritma ekonomi misalnya
Pokok permasalahan dalam ekonomi adalah minimnya barang kebutuhan dan tingginya ketidak puasan manusia yang tidak terbatas. Di dalam konteks keindonesiaan, bangsa kita memiliki banyak hutang ke luar negeri dengan kondisi yang potensi sumber daya alam dan manusia yang besar. Dalam hal ini maka ternyata banyak yang menyimpang dari LOGIKA Ekonomi karena Logika EGO PRIBADI lebih banyak disentuh sektor politik atau kekuatasaan.
Sektor Politik yang berkorelasi dengan Algoritma sektor lain
Penggunaan algoritma politik adalah untuk menggunakan kekuasaan seluas-luasnya untuk melindungi ,memakmurkan bangsa Indonesia. Secara logika hal ini tidak lepas dari teori “Maslow” dalam kondisi Negara Indonesia yang pertama-tama harus didahulukan adalah Memenuhi kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis disini diwujudkan dengan kebutuhan pangan, tempat tinggal dan rasa aman warga negaranya yang baik, sehingga setelah terpenuhi kebutuhan tersebut “LEVEL”Negara juga akan meningkat. Setelah stabilitas nasional pangan dikatakan baik maka kita akan mudah mengurai kontribusi ke Negara lain. Dengan kekayaan Alam yang luar biasa seharusnya kita tidak akan lama terjadi “ERROR” . Misalkan algoritma politik yang digunakan masih kurang efisien pun sebenarnya bangsa ini masih bisa sejahtera. Jadi sebernanya ada yang salah dengan tujuan Negara yang di mobilisasi oleh pelaku-pelaku birokrat, legislative dan eksekutif.
Algoritma Pengganggu adalah Kepentingan pribadi yang besar
Dari statemen awal ilmu aritmatika, sesungguhnya hanya ada dua kemungkinan dalam metode penyelesaian masalah. Dapat terselesaikannya sebuah masalah , atau masalah selesai bukan karena karena algoritmanya tidak memiliki satu tujuan.
Saya ibaratkan bangsa ini memiliki sebuah masalah yang akan diselesaikan dengan algoritma penyelesaikan masalah ekonomi. Tetapi pelaku yang memecahkan tersebut ternyata memberlokkan algoritma tersebut dengan pengkondisian yang lain . Dana bantuan operasional pendidikan misalnya digunakan untuk membuat pendidikan lebih terjangkau ,sehingga berakibat masyarakat kelas bawah menjadi ikut menikmati dana BANTUAN OPERASIONAL PENDIDIKAN. Tetapi di tengah jalan para pelaku yang menjalankan tersebut justru membelokkan dana-dana tersebut, dampak dari hal ini adalah hanya sedikit anak yang mendapatkan bantuan tersebut, beberapa anak yang lain tidak mendapatkan bantuan pendidikan sehingga putus sekolah. Dari generasi yang putus sekolah tersebut akan mengakibatkan generasi muda yang memiliki pola piker rendah, dari pola piker rendah maka akan mengakibatkan produktifitas rendah, akhirnya dalam kondisi LOGIS EKSTRIM anak tersebut ketika tua menjadi miskin, karena miskin dia tidak sempat melakukan apa-apa terhadap bangsa ini, akhirnya menghasilkan anak yang kembali miskin(kondisi yang tidak bisa digeneralisir tetapi umum terjadi di indonesia).
Jadi perilaku oknum yang korup tapi ternyata menjadi penghambat bangsa indonesia terlepas dari belenggu “bangsa yang miskin”. Setelah diteliti dan diamati dari kecenderungan 20 tahun terakhir oleh pemerintah jepang. Bahwa bangsa Indonesia belum memiliki karekater yang baik.
Letak Permasalahan Bangsa Sebagai Awal yang Harus Diperbaiki
Mungkin terlihat sedikit aneh dan lucu dengan statemen ini. Ternyata semua ini salah sistem pengajaran. Pendidikan sebagai pembentukan mental dan karakter ternyata belum berhasil. Belum berhasil menghasilkan calon pendidik yang baik. Ditemukan berbagai banyak (lebih dari 60 persen guru dalam survey 10 sekolah), hanya mengandalkan teks book tanpa mengerti filosofi pengajaran. Sehingga anak didik tidak mengerti apa yang diajarkan oleh guru tersebut. Karena guru tersebut hanya menginginkan uang untuk hidup dan tambahan untuk kesejahteraan. Hal tersebut relative akan ditiru oleh anak-anak bahwa ternyata kita hidup untuk mencari uang dan bertahan (seperti hewan). Sehigga berperilakulah manusia-manusia Indenesia secara berbondong-bondong memiliki mental seperti hewan, bahwa ternyata tuhan yang mereka cari adalah Uang, yang dapat memberikan kehidupan.
Budaya tersebut akhirnya menjalar ketika generasi muda tersebut menjadi tua. Mereka menjadi generasi yang menggantungkan hidup pada uang. Lalu berkorupsi karena tidak yakin-yakin amat pada Tuhan yang menciptakan mereka.
Rantai tersebut akan terus menjadi paradok(paradoxical situation) atau kondisi yang tidak akan pernah selesai. Padahal kita memiliki algoritma yang cukup simple yaitu dengan memanfaatkan potensi manusia yang besar.Dengan tidak bergantung kepada sumber daya alamnya terlebih dahulu. Setelah dirasa mampu baru mengelola Sumber Daya Alam yang luar biasa, jika suatu saat kehabisan SDA maka manusia tersebut masih tetap bertahan dengan mengelola dirinya karena mereka adalah generasi berkarakter. Setelah semua kebuutuhan fisiologis sudah tercapai maka baru kita dapat ikut berkontribusi untuk dunia, utamanya dengan tenaga-tenaga manusia yang maju karena sumber daya alam didunia relative memiliki potensi yang sama, dengan perbedaan yang tidak material. Dengan kondisi “They Oriented Country “ maka indonesia baru akan menjadi Negara yang super power. Bukan karena menjajah tapi karena memiliki kontribusi besar untuk dunia dan masuk dalam kategori Negara yang “beraktualisasi diri” atau hari ini kita kenal sebagai Negara maju seperti “Jepang, Korea, India dan Swiss saya tidak sebutkan Amerika karena mereka terkena dampak krisis Global yang membuat Negara ini sedikit lagi bangkrut.
Geni Isno Murti
Mahasiswa Intitut Teknologi Bandung
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
JANGAN LUPA BERKOMENTAR DAN UNGKAPKAN PENDAPAT ANDA TENTANG ARTIKEL INI.
NO SARA
NO PORNOGRAFI
NO SPAM
NO LINK ON
NO LINK OFF
JANGAN LUPA UNTUK SELALU MEMBAGIKAN ARTIKEL INI KE JEJARING SOSIAL YANG ANDA SUKA YA :)