Sabtu, 04 Januari 2014

Nilai Persahabatan

Sebelum saya berangkat untuk jadi pembicara di seminar Asosiasi Manajemen Indonesia (AMA) Malang pekan lalu, seorang teman yang tidak bertemu lebih dari 40 tahun menelepon. Pada awalnya saya lupa-lupa ingat. Namun setelah menyebutkan klub bulutangkis di mana tahun 1970-an dulu saya berlatih di Malang, saya segera ingat. Lalu muncullah ide reuni kecil sesama pemain klub itu.


Benar saja, ketika tiba di kota kelahiran saya itu 15-an teman lama beserta istri, suami, atau anaknya datang menyambut. Saya hampir tak mengenalinya satu per satu karena sudah lebih 40 tahun berpisah. Sebagian besar rambutnya sudah beruban, maklum sama-sama mendekati usia 60. Ada yang sudah punya cucu, ada yang belum punya mantu, tetapi ada juga yang tidak punya anak. Kami pun reunian di sebuah restoran sambil bertukar cerita menceritakan pengalaman masing-masing.

Malamnya saya undang mereka ke seminar. Pulang dari sana kami kembali berkumpul di suatu restoran. Sejumlah teman mengaku tak menyangka saya bisa jadi motivator nasional. Mereka juga mengaku kaget karena saya mau diajak reunian, karena menurut mereka status saya kini jauh berbeda. Saya spontan menjawab bahwa saya adalah Andrie Wongso yang dulu. Bagi saya berteman tak memandang status.

Gara-gara pertemuan itu mereka kemudian merancang arisan setiap bulan semata-mata hanya karena ingin punya kesempatan berkumpul rutin.

Betapa indahnya persahabatan yang dibangun dengan tulus. Seperti yang sering saya katakan, “Jangan mengharapkan orang lain jadi teman baik kita, kitalah yang siap menjadi teman baik bagi orang lain.”  Sebaiknya itulah yang harus kita praktikkan dalam membangun persahabatan. Luar biasa!


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JANGAN LUPA BERKOMENTAR DAN UNGKAPKAN PENDAPAT ANDA TENTANG ARTIKEL INI.

NO SARA
NO PORNOGRAFI
NO SPAM
NO LINK ON
NO LINK OFF

JANGAN LUPA UNTUK SELALU MEMBAGIKAN ARTIKEL INI KE JEJARING SOSIAL YANG ANDA SUKA YA :)