Senin, 02 September 2013

Waspadai Debu Dan Asap Penyebab Beriliosis


Berilium dulu biasa digunakan untuk membuat bola lampu pijar dan industri elektronik serta kimia. Kini berillium sering digunakan dalam pembuatan industri pesawat ruang angkasa. Meski bermanfaat untuk memajukan industri, namun berillium bisa menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan.
Pekerja industri atau orang-orang yang tinggal di sekitar penyulingan berillium berisiko terkena berilliosis, yaitu peradangan paru-paru yang diakibatkan masuknya asap atau debu yang mengandung berillium.

Penyebab
Masuknya berillium (Be) dalam tubuh bisa melalui penghirupan asap atau kontak langsung antara Be dengan kulit yang terluka.  Berillium yang terhirup bisa mengakibatkan 2 gejala paru-paru, yakni pneumonitis kimia akut dan penyakit paru granulomatosa yang disebut penyakit berilium kronis atau beriliosis.
Beriliosis berbeda dengan penyakit yang disebabkan pekerjaan dimana gangguan pada paru-paru hanya muncul pada orang yang sensitif dengan berillium, yakni sekitar 25 persen dari mereka yang kontak dengan berilium.
Bahkan terpapar berillium dalam waktu yang singkat saja bisa menimbulkan penyakit ini, namun gejalanya akan muncul setelah 10-20 tahun.
Gejala
Penderita pneumonitis kimia akut biasanya mengalami gangguan pernafasan, batuk, dan penurunan berat badan secara tiba-tiba. Bentuk yang akut juga bisa mengenai mata dan kulit.
Beriliosis membentuk jaringan abnormal di paru-paru disertai dengan pembesaran getah bening. Dalam kondisi ini gejala seperti gangguan pernapasan, batuk, dan penurunan berat badan terjadi bertahap.
Gejala lain yang mungkin ditunjukkan, antara lain:
  • Nyeri sendi
  • Nyeri dada
  • lelah
Pengobatan
Pengobatan perlu dilakukan jika pasien menunjukkan gejala adanya penurunan fungsi paru dan hasil tes menunjukkan fungsi paru yang abnormal. Bila kriteria tersebut tidak terpenuhi maka pengobatan tidak perlu dilakukan.
Corticosteroid bisa menjadi pengobatan pilihan. Belum ada kesepakatan mengenai dosis atau lamanya pemberian obat ini. Awalnya diberikan prednisone per-oral (melalui mulut) dengan dosis 20-40 mg/hari selama 4-6 minggu, selanjutnya dosisnya diturunkan sesuai dengan respon klinis yang terjadi. Bagi pasien yang tidakmemberikan respon terhadap pemberian corticosteroid atau penderita yang mengalami efek samping yang serius akibat pemberian corticosteroid, diberikan methotrexat. Pada stadium lanjut, dianjurkan untuk menjalani pencangkokan paru-paru.



Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JANGAN LUPA BERKOMENTAR DAN UNGKAPKAN PENDAPAT ANDA TENTANG ARTIKEL INI.

NO SARA
NO PORNOGRAFI
NO SPAM
NO LINK ON
NO LINK OFF

JANGAN LUPA UNTUK SELALU MEMBAGIKAN ARTIKEL INI KE JEJARING SOSIAL YANG ANDA SUKA YA :)