Minggu, 25 November 2012

Persaingan Senjata di Kawasan Asia Tenggara



"Persaingan Senjata di
Kawasan Asia
Tenggara"

"BUDAYAKAN LIKE AND COMENT"

Besaran pembelian senjata
oleh negara-negara Asia
Tenggara telah menjadi
pembicaraan hangat bagi
analis-analis pertahanan.
Pengeluaran Pertahanan di
seluruh wilayah Asia Tenggara
meningkat 13,5 persen dari
tahun lalu menjadi US$ 25,4
miliar dan diperkirakan akan
terus meningkat menjadi US$
40 miliar pada tahun 2016,
seperti yang digambarkan
Stockholm International Peace
Research Institute.
Lembaga independen tersebut
mengatakan, Indonesia,
Vietnam, Thailand dan
Kamboja telah meningkatkan
anggaran pertahanan sebesar
66 persen hingga 82 persen
dari tahun 2002 sampai tahun
lalu.
Indonesia telah membeli kapal
selam dari Korea Selatan dan
sistem radar pantai canggih
dari China dan Amerika
Serikat, Vietnam juga
mengakuisisi kapal selam dan
jet tempur dari Rusia dan juga
telah mendapatkan rudal
balistik dari Israel. Anggaran
pertahanan Vietnam untuk
tahun ini adalah US$ 3,1
miliar, naik 35 persen dari
tahun lalu. Filipina pun tidak
ketinggalan, negara kepulauan
tersebut juga memiliki
keinginan besar terhadap
persenjataan dari Amerika
Serikat, Jepang, Korea Selatan,
Perancis dan Inggris untuk
akuisisi pertahanannya.
Singapura, negara kecil ini
telah menjadi negara terbesar
kelima di dunia dalam urusan
impor senjata. Singapura
tampaknya ingin
mempertahankan gelarnya
sebagai pemboros alat
pertahanan di kawasan Asia
Tenggara, mengalokasikan US$
9,7 miliar pada tahun ini
untuk belanja pertahanan. Ini
merupakan 24 persen dari
anggaran nasionalnya. Negara
ini membeli jet tempur dari
Amerika Serikat dan kapal
selam dari Swedia. Thailand
berencana untuk membeli
kapal selam dan pesawat
tempur dari Swedia yang
nantinya akan dilengkapi
dengan rudal anti-kapal,
sedangkan pengiriman senjata
ke Malaysia melonjak delapan
kali lipat selama dari tahun
2004 hingga 2009.
Selama beberapa dekade,
sebagian besar negara Asia
Tenggara seperti tertidur,
sebagian besar hanya jenis
senapan dan kendaraan
tempur ringan yang mereka
impor untuk menghadapi
ancaman internal. Namun,
negara-negara Asia Tenggara
yang memiliki sengketa
wilayah dengan China telah
membangun kekuatan
pertahanan mereka. Memang
telah terjadi ketegangan atas
klaim teritorial China di Laut
Cina Selatan, sperti dengan
Filipina.
Hingga tahun 2020, para
analis pertahanan
memperkirakan 56 kapal
selam akan ditambahkan ke
seluruh armada laut negara-
negara Asia Tenggara dan 30
kapal selam akan juga
memperkuat China. Beberapa
kapal selam China akan
mampu membawa 12 rudal
balistik peluncuran laut yang
nantinya bisa dilengkapi
dengan hulu ledak ganda.
seorang analis Asia Tenggara
dari Akademi Angkatan
Pertahanan Australia di
Universitas NSW, Carl Thayer,
mengatakan penyebaran kapal
selam nuklir, termasuk kapal
selam rudal balistik, akan
menjadikan dimensi
geostrategis baru untuk
keseimbangan regional.
Penyebaran kapal selam nuklir
China akan terus menarik
perhatian bagi Angkatan Laut
AS. Aksi membeli/
memproduksi senjata dalam
jumlah besar akan memiliki
dampak destabilisasi bagi
keamanan regioal. Dalam
sebuah makalah oleh seorang
analis pertahanan, Profesor
Thayer, mengatakan : "Asia
tenggara sudah siap untuk
bersaing dalam persenjataan
karena ketidakpercayaan
strategis dengan China."
Amerika pun turut campur
dalam "menghadapi China"
ini, AS akan memperkuat
poros pasukan keamanan ke
Asia tenggara dan Pasifik.
Strategi ini dipandang sebagai
penyeimbang kekeutan China,
yang agresif menegaskan klaim
teritorialnya di hampir seluruh
Laut Cina Selatan. Bagian dari
wilayah yang juga diklaim oleh
Filipina, Brunei, Malaysia dan
Vietnam.



Artikel Terkait: